Ingin kubuktikan padamu,Bapak !
Bahwa usahamu selama ini tak sia-sia
Bahwa doa dan helaan nafasmu
Kelak 'kan membuahkan hasil

Ingin kuperlihatkan padamu, Ibu!
Bahwa 'kan terlahir seorang mujahidah yang kau harapkan
Bahwa pada saat titik terlemah pun
Aku akan berusaha bangkit!
Dukunganmulah yang paling berharga bagiku

Ingin kutunjukkan padamu, ustadz!
Bahwa didikanmu sungguh sangat berarti
Bahwa dedikasimu 'kan berbekas indah
Saat aku menuai hari

Ingin kusampaikan padamu, teman!
Terima kasih yang tiada terhingga
Dari mulut ini yang tak sanggup mengurai kata
Dan dari hati yang tak mampu merangkai doa
Atas semua peristiwa yang telah terlukis di antara kita

Ingin kuadukan padaMu, Rabbi!
Seluruh hikmah yang kutemui
Dari kuliahMu di Universitas kehidupan ini
Dari pencarian jati diriku
Dari peristiwa orang-orang di sekelilingku
Dari kebahagiaan dan kesedihan yang Kau beri
Segala puji bagi Engkau…!!!

posted under | 0 Comments

Kau mengajarkanku Arti Dewasa


Ternyata menuju kedewasaan benar-benar butuh proses panjang..
Tak mudah memang tapi pasti kan dilalui..
Dewasa ternyata tak dapat di ukur dari nOminal umur..
skali lg menuju kdwasaAn buTuh pRoses.
Tiap detik,tiap langkah,tiap nafas seharusnya menjadikan kita mkin dwasa..
Dewasa dlm memahami,menghadapi tiap2 pRoses khdupan..ya hdup..
Hdup yg hanya sementara..untk menuju kehdupan yg aBADI..
yaitU khdupan akhrat nanti..
TerimakasiH pada mu ku ucpkan karena tlah menjd bgian dlm pRoses panjang menuju Nya..
220710


Especially for my mom, my bestfriend, and u my R165

_retnodewanti_

posted under | 2 Comments

Ketika Allah memilihmu untukku


Padamu yang Allah pilihkan dalam hidupku..
Ingin ku beri tahu padamu..
Aku hidup dan besar dari keluarga bahagia..
Orang tua yg begitu sempurna..
Dengan cinta yg begitu membuncah..
Aku dibesarkan dgn limpahan kasih yang tak terhingga..

Maka, padamu ku katakan..
Saat Allah memilihmu dalam hidupku,
Maka saat itu Dia berharap, kau pun sanggup melimpahkan cinta padaku..
Memperlakukanku dgn sayang yang begitu indah..

Padamu yang Allah pilihkan untukku..
Ketahuilah, aku hanya wanita biasa dengan begitu banyak kekurangan dalam diriku,
Aku bukanlah wanita sempurna, seperti yang mungkin kau harapkan..
Maka, ketika Dia memilihmu untukku,
Maka saat itu, Dia ingin menyempurnakan kekuranganku dgn keberadaanmu.
Dan aku tahu, Kaupun bukanlah laki-laki yang sempurna..
Dan ku berharap ketidaksempurnaanku mampu menyempurnakan dirimu..
Karena kelak kita akan satu..
Aibmu adalah aibku, dan indahmu adalah indahku,
Kau dan aku akan menjadi ‘kita’..

Padamu yg Allah pilihkan untukku..
Ketahuilah, sejak kecil Allah telah menempa diriku dgn ilmu dan tarbiyah,
Membentukku menjadi wanita yg mencintai Rabbnya..
Maka ketika Dia memilihmu untukku,
Maka saat itu, Allah mengetahui bahwa kaupun telah menempa dirimu dgn ilmuNya.. Maka gandeng tanganku dalam mengibarkan panji-panji dakwah dalam hidup kita..
Itulah visi pernikahan kita..
Ibadah pada-Nya ta’ala..

Padamu yg Allah tetapkan sebagai nahkodaku..
Ingatlah.. Aku adalah mahlukNya dari tulang rusuk yang paling bengkok..
Ada kalanya aku akan begitu membuatmu marah..
Maka, ketahuilah.. Saat itu Dia menghendaki kau menasihatiku dengan hikmah,
Sungguh hatiku tetaplah wanita yg lemah pada kelembutan..
Namun jangan kau coba meluruskanku, karena aku akan patah..
Tapi jangan pula membiarkanku begitu saja, karena akan selamanya aku salah..
Namun tatap mataku, tersenyumlah..
Tenangkan aku dgn genggaman tanganmu..
Dan nasihati aku dgn bijak dan hikmah..
Niscaya, kau akan menemukanku tersungkur menangis di pangkuanmu..
Maka ketika itu, kau kembali memiliki hatiku..

Padamu yang Allah tetapkan sebagai atap hunianku..
Ketahuilah, ketika ijab atas namaku telah kau lontarkan..
Maka dimataku kau adalah yang terindah,
Kata2mu adalah titah untukku,
Selama tak bermaksiat pada Allah, akan ku penuhi semua perintahmu..
Maka kalau kau berkenan ku meminta..
Jadilah hunian yg indah, yang kokoh…
Yang mampu membuatku dan anak-anak kita nyaman dan aman di dalamnya..

Padamu yang Allah pilih menjadi penopang hidupku…
Dalam istana kecil kita akan hadir buah hati-buah hati kita..
Maka didiklah mereka menjadi generasi yg dirindukan syurga..
Yang di pundaknya akan diisi dgn amanah-amanah dakwah,
Yang ruh dan jiwanya selalu merindukan jihad..
Yang darahnya mengalir darah syuhada..
Dan ku yakin dari tanganmu yg penuh berkah, kau mampu membentuk mereka..
Dengan hatimu yg penuh cinta, kau mampu merengkuh hati mereka..
Dan aku akan selalu jatuh cinta padamu..

Padamu yang Allah pilih sebagai imamku…
Ku memohon padamu.. Ridholah padaku,
Sungguh Ridhomu adalah Ridho Ilahi Rabbi..
Mudahkanlah jalanku ke Surga-Nya..
Karena bagiku kau adalah kunci Surgaku..

posted under | 2 Comments

Kisah Sang Dandelion Kecil



hari itu Angin bertiup kencang. sangat-sangat kencang. Pinus yang kokoh mungkin bisa bertahan, tapi tidak si Dandelion kecil.

namun dia tidak menyerah, dia tetap bertahan untuk tidak membiarkan bagian-bagian dirinya terbang terbawa angin.

sang Pinus menertawainya. “Sudahlah, Dandelion kecil. kau tidak mungkin bisa bertahan. sebaiknya kau menyerah, dan pergi bersama angin.”

Dandelion kecil menggeleng. “Aku bisa, pasti bisa,” jawabnya.

Pinus menggeleng sombong. “kau tidak mungkin bisa. kau itu cuma Dandelion kecil, kau bahkan nyaris tidak bisa berdiri tegak. bagaimana mungkin kau bertahan melewati badai?”

Dandelion kecil tetap menggeleng, sambil berseru lantang. “Aku pasti bisa!” jawabnya.

Angin sebenarnya tidak ingin menyakiti si Dandelion kecil, tapi Dia tetap harus bertiup.
karenanya sambil berlalu, Angin berbisik lembut pada Dandelion kecil.

“terkadang tidak ada salahnya membiarkan dirimu menyerah pada hembusanKu, Dandelion.”

Dandelion kecil masih menggeleng keras kepala. “Kau akan membawaku ke suatu tempat yang aku bahkan tidak mengetahuinya! aku pasti mati kalau ikut denganMu!”

Angin sedih, dan menjawab perkataan Dandelion dengan lembut.
“Sejak dahulu kita bersahabat. pernahkah Aku menyakitimu, Dandelion? Aku membantu ibumu melahirkanmu. Akulah yang berhembus dan membawamu yang waktu itu masih kecil ke tempat nyaman ini. Akulah yang selalu memberikanmu tiupan angin sepoi-sepoi untuk menyegarkanmu di sore hari. Akulah yang menghembuskan nyanyian yang kau senandungkan, hingga semua pohon dan tumbuh-tumbuhan besar di hutan ini menyadari kehadiranmu. sekalipun Aku tidak pernah menyakitimu, Dandelion kecil. belum cukupkah itu untuk membuatmu percaya padaKu?”

Dandelion kecil terdiam. Angin benar. sejak dulu dia selalu mempercayai Angin, dan Angin sama sekali tidak pernah menyakitinya. lantas mengapa setelah dia tumbuh dewasa, semuanya menjadi berubah?

Dandelion kecil akhirnya mengangguk. “Baiklah, Angin, aku percaya padaMu. aku percaya, Kau tidak mungkin menyakitiku.”

Angin tersenyum gembira mendengar kata-kata Dandelion, dan sekali lagi Dia berhembus membawa Dandelion dan serbuk-serbuk kecilnya pergi dari tempat itu.

“Kau begitu bodoh karena mau mempercayai Angin, Dandelion! kau pasti akan mati!” teriak Pinus sambil tertawa sombong.

serbuk-serbuk milik Dandelion terbang bersama Angin, dan dia menabrak sebuah Batu yang sangat keras.
Dandelion mengaduh kesakitan, dan berteriak marah pada Angin.

“Kau bilang Kau tidak akan membiarkanku kesakitan! kenapa aku harus menabrak batu besar ini?”
Angin tidak menjawab. Dandelion menunggu, tapi dia tetap tidak bisa merasakan kehadiran Angin di sekitarnya.

“Angin, Kau menipuku! Kau meninggalkanku ketika aku menabrak batu besar ini!”

Lumut yang tadinya sedang tertidur, menggeliat bangun karena mendengar teriakan Dandelion, lalu dia menggeleng-geleng sambil tersenyum.
“Dandelion, mengapa kau begitu marah pada Angin? tidak tahukah kau, bahwa Dia mencoba menolongmu? kalau kau tidak menyangkut di batu besar ini, kau pasti akan terjatuh ke jurang dalam di balik batu ini dan mati.”

Dandelion terbelalak kaget.

“Angin itu baik. dulu, aku juga sepertimu. aku marah ketika Dia membawaku melewati perjalanan jauh hanya untuk meletakkanku di batu ini. tapi aku sadar, dia meletakkanku di sini karena tempat ini akan membuatku tumbuh dengan lebih baik. setelah aku tumbuh dengan indah, barulah aku menyadari bahwa sesungguhnya Angin memang tidak pernah ingin menyakitiku.”

Dandelion menyesali kemarahannya, dan meminta Angin untuk kembali.

Angin datang lagi, dan tanpa mengingat-ingat kemarahan Dandelion, Dia kembali bertiup membawa Dandelion pergi dari situ.

tapi Dandelion tersangkut lagi, kali ini di antara semak berduri. dia mengaduh kesakitan, dan kembali marah pada Angin.
semak berduri bangun karena teriakannya.

“Dandelion, mengapa kau begitu marah pada Angin? tidak tahukah kau, bahwa Dia mencoba menolongmu? kalau kau tidak menyangkut di antara duri-duriku, kau pasti akan terbang sampai ke kota dan terpijak sampai mati.”

Dandelion terdiam.

“Angin itu baik. dulu, aku juga sepertimu. aku marah ketika Dia membawaku melewati perjalanan jauh hanya untuk meletakkanku di tempat gelap. tapi aku sadar, dia meletakkanku di sini karena jika aku tumbuh di keramaian, aku akan terinjak dan mati. setelah aku tumbuh dengan indah, barulah aku menyadari bahwa sesungguhnya Angin memang tidak pernah ingin menyakitiku.”

Dandelion kembali menyesali kemarahannya dan meminta Angin untuk kembali.

Angin datang lagi, dan tanpa mengingat-ingat kemarahan Dandelion, Dia kembali bertiup membawa Dandelion pergi dari situ.

Angin meletakkan Dandelion di padang rumput, di bawah matahari yang bersinar terik. lalu Angin menghilang.

Dandelion yang kepanasan kembali menggerutu.
“Kau bilang tidak akan menyakitiku, tapi Kau membuatku hampir mati kehausan di tempat ini!”

rumput menggeliat bangun karena teriakan Dandelion.

“Dandelion, mengapa kau begitu marah pada Angin? tidak tahukah kau, bahwa Dia mencoba menolongmu? tempat ini adalah tempat dengan suhu yang sesuai untuk membantumu tumbuh menjadi Dandelion dewasa yang indah.”

“Angin itu baik. dulu, aku juga sepertimu. aku marah ketika Dia membawaku melewati perjalanan jauh hanya untuk meletakkanku di tempat ini. tapi aku sadar, dia meletakkanku di sini agar aku bisa mendapatkan semua yang aku butuhkan. aku punya tempat untuk bertumbuh. aku mendapat cahaya matahari yang cukup. ada serangga yang selalu menolongku untuk berkembang. dan ketika aku haus, hujan akan datang untuk menyegarkanku.”

Dandelion kembali terdiam. dipanggilnya Angin, tapi Angin tidak menyahut.

“Rumput, apakah Angin marah padaku?”

Rumput menggeleng. “Dia hanya memberikanmu waktu untuk menjadi mandiri dan dewasa,” jawab Rumput bijak.

waktu berlalu, dan Dandelion menyadari apa yang dikatakan rumpur benar. dia mendapat semua yang dia butuhkan. Dandelionpun tumbuh menjadi dewasa dan indah.

suatu sore, Angin kembali bertiup dan berhenti sejenak untuk menyapanya.

“Angin, sekarang, aku mengerti mengapa kau membawaku kemari. tapi, bolehkah aku kembali ke tempatku dahulu? aku merindukan tempat itu,” ujarnya.

Angin mengangguk bijak. “kau sudah sedewasa dan semandiri ini. tidak ada alasan bagiKu untuk melarangmu kembali ke sana.”

Angin berhembus membawa Dandelion kembali ke hutan. sesampainya di sana, Dandelion memandang sosok lamanya yang mati layu di hutan itu.

betapa terkejutnya Dandelion ketika menemukan Pinus yang dahulu begitu kokoh, kini terbaring lemah seolah tinggal menunggu waktu. anak-anak sang Pinus menangisinya di sampingnya.

“Pinus, apa yang terjadi padamu?” tanya Dandelion panik.

“malam hari setelah kau meninggalkan tempat ini, banjir besar datang melewati hutan ini. aku kira aku cukup kuat, tapi aku ternyata lemah dan tidak mampu bertahan. aku menyesal Dandelion, seandainya sejak dulu aku mengikuti Angin, aku pasti tidak akan mati. kini aku hanya berharap anak-anakku tidak akan sesombong aku, dan mau mengikuti Angin…” ujarnya sebelum meninggal.

Dandelion terenyak mendengar kata-kata Pinus. benarlah apa yang dikatakan Lumut, Semak, dan Rumput. Angin memang hanya ingin memberikan yang terbaik untuknya.

posted under | 0 Comments

bila tak sanggup meminangnya, cukup cintai ia dalam diam...


bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang,
cukup cintai ia dalam diam ..

karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya ..
kau ingin memuliakan dia,
dengan tidak mengajakanya menjalin hubungan yang terlarang,
kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya.

karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu ..
menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ..

karena diammu bukti kesetiaanmu padanya ..
karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah ALLAH swt. pilihkan untukmu ..

ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan ALi ??
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan ..
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah ..

.............

karena dalam diammu tersimpan kekuatan ..
kekuatan harapan ..
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata ..
bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yanng berharap padanya ??

dan jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,
biarkan ia tetap diam ..

jika dia memang bukan milikmu,
toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat ..

biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu
menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu ..

posted under | 0 Comments

hanya sebuah episode masa lalu

cukup sampai di sini...
ya cukup sampai disini,ku kan hapus semua rasa tntang mu..
ya rasa dimana dulu ku pernah sangat menyukaimu..hingga aku berdoa pada Nya agar menyatukan kita suatu saat nanti....

ya tapi itu hanya sebuah episode masa lalu..cukup menjadi sebuah pembelajaran bagi diriku...

ku kan tatap masa depan ku yang cerah...ya tanpa dirimu...

pergi saja.. pergi dari ingatanku..

posted under | 0 Comments

Menikahi Wanita Langit

"Ya Allah, bimbinglah hati ini menuju cinta-Mu. Cinta yang membuat hamba semakin merindukan-Mu. Cinta nan gung dan suci. Ya Rabb, karuniakan pada hamba-Mu seorang bidadari dunia yang Engkau cintai. Seorang wanita sorga yang Engkau hadirkan di bumi. Penyejuk hati dan jiwa. Seorang hamba-Mu yang mengantarkan diri ini pada sorga-Mu. Amin."

Air mata Fuad mengalir deras. Dadanya sesak oleh tangis yang kencang. Ia tak dapat mengendalikan gejolak yang bergemuruh di hatinya. Sejak lama ia merindukan seorang bidadari yang akan mendampinginya mengarungi hidup menuju keabadian di sorga kelak. Ia sangat mendamba seorang wanita yang membuatnya semakin cinta pada Allah.

Dulu, saat masih kuliah S.1 di Jurusan Hadits, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, Kairo ia pernah ditawarkan dengan seorang mahasiswi oleh temannya yang telah menikah. Tapi saat itu ia menolak tawaran tersebut. Obsesinya untuk menyelesaikan S.2 lebih kuat mengalahkan keinginan untuk menikah. Namun kini, ia merasa dirinya harus segera menyempurnakan separuh agamanya. Ia membutuhkan seorang pendamping yang menjadi tempatnya berlabuh dan menumpahkan berbagai cerita dan gelisah jiwanya. Apalagi desakan dari Ibunya membuatnya tidak lagi bisa berdiam diri.

Ia sendiri heran, kenapa dorongan untuk menikah serasa kuat menyesak di rongga dadanya. Apakah saatnya telah tiba? Ia mencoba untuk banyak berpuasa, tapi puasa itu seakan tak mampu menundukkan gejolak itu. Berat. Hampir setiap malam ia menangis. Mengadukan perasaannya pada Sang Pencipta. Menumpahkan segala sesak di dada. Ia berdoa dalam tahajudnya yang panjang. Mengharap belas kasih dan curahan rahmat dari Sang Pemilik Jiwa.
[][][]

"Selamat ya Fuad atas prestasi yang kamu raih dalam lomba Jaizah Dubes kemaren. Kapan jadi berangkat ke Australia?" Sapa Ustadz Jalal pada Fuad ketika Fuad berkunjung ke rumahnya.
"Insya Allah tanggal 14 Juli nanti, Ustadz."
"Insya Allah, semoga urusannya lancar dan perjalanan kamu diberkahi Allah."
"Amin, syukran doanya Ustadz."
"Sama-sama akhi. Apa kesibukan kamu sekarang?"
"Fokus merampungkan Tesis S.2. Saya punya target tahun depan sudah bisa di-munaqasyahkan, insya Allah."
"Insya Allah, akhi. Saya kagum dengan semangat dan kegigihanmu menuntut ilmu. Dalam usia yang masih muda, kamu akan menyelesaikan S.2-mu."
"Biasa saja Ustadz. Belum sepadan dengan prestasi yang pernah Ustadz raih," balas Fuad penuh senyum.

"Kamu terlalu merendah Akhi, saya senang bisa mengenalmu. Jarang lho di Al-Azhar ada mahasiswa yang bisa menyelesaikan S.2-nya pada usia 26 tahun."
"Seharusnya saya yang merasa senang bisa berkenalan dengan kandidat Doktor Jurusan Tafsir di Universitas Al-Azhar," jawab Fuad tak mau kalah.
"Ah, kamu terlalu berlebihan memuji saya akhi. Begini Akhi, mungkin lansung saja ya pada inti pembicaraan. Saya diberi amanah oleh kakak saya di Indonesia untuk mencarikan calon suami untuk anaknya. Selama ini saya mengamati mahasiswa-mahasiswa yang saya kenal termasuk akhi. Setelah saya coba pikirkan dan bicarakan dengan istri saya, saya melihat akhi orang yang tepat."
"Afwan Ustadz, saya kira Ustadz keliru dan terlalu berlebihan menilai saya. Saya hanya orang yang biasa saja."

"Tidak Akhi. Penilaian ini bukan asal-asalan. Tapi setelah sekian lama saya mengamati kehidupan Akhi. Kalau akhi berminat dan telah punya keinginan untuk menikah, kita bisa bicarakan lebih lanjut."
"Apakah calon yang wanitanya di Indonesia Ustadz?"
"Tidak, dia kuliah di Jurusan Syariah Islamiyah, tingkat tiga."
"Apa saya mengenalnya Ustadz?"
"Mungkin tidak. Sangat beda dengan akhi, kalau akhi seorang aktivis dia sebaliknya. Tidak banyak yang mengenalnya."
"Apa dia sendiri telah siap menikah Ustadz?"
"Insya Allah, kalau dia gak ada masalah. Ia selalu menuruti keinginan orang tuanya. Dia anak yang penurut. Kalau akhi bagaimana, apa sudah punya calon?"
"Belum Ustadz."
"Berarti pas sekali," tanggap Ustadz Jalal penuh riang dan menunjukkan wajah cerah.
"Tapi Ustadz, saya butuh waktu untuk mencerna dan mempertimbangkannya. Saya belum bisa memberi jawaban sekarang. Saya butuh waktu seminggu untuk memberi jawaban pada Ustadz."
"Tidak mengapa akhi. Saya bisa maklum. Silahkan ditimbang dulu dengan matang. Jika akhi menyetujui saya sangat senang sekali. Namun bila sebaliknya, tidak mengapa, saya akan mencoba menawarkan pada yang lain."
"Insya Allah Ustadz, akan saya istikharahkan pada Allah, semoga Allah menunjukkan yang terbaik, amin."
"Amin."
[][][]

"Alhamdulillah, akhirnya amanah ini tersampaikan juga. Saya sangat senang sekali. Selamat Fuad kamu akan menikah sebentar lagi."
"Doanya Ustadz, semoga saya bisa mengemban amanah ini dengan baik."
"Amin, semoga Allah selalu memberkahi kalian nantinya, amin. Fuad, ada satu hal yang sangat penting untuk kamu ketahui, calon istrimu itu cacat."

Fuad sangat terkejut.
"Cacat maksud Ustadz bagaimana?"
"Cacat pendengaran, penglihatan, lisan, kedua tangan dan kedua kaki. Terkadang sering berbicara sendiri dan juga sering menangis tanpa sebab. Bagaimana, apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu?"
Fuad diam sejenak. Ia terlihat memikirkan sesuatu. Tak lama kemudian ia menjawab.

"Insya Allah, saya siap Ustadz," jawabnya dengan mantap.
"Ini keputusanmu?"
"Ini bukan keputusan saya Ustadz, tapi keputusan Allah. Saya telah meng-istikharahkan dan saya rasakan hati saya mantap dan teguh dengan pilihan ini. Saya yakin Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk saya."

"Apa kamu tidak menyesal dengan pilihan yang telah kamu ambil?"
"Tidak Ustadz, sama sekali tidak. Bagi saya, pilihan Allah lebih baik dan mulia. Walau secara zahir itu berat dan mungkin menyakitkan, tapi saya rela dan ikhlas. Insya Allah ada pahala dan kebaikan disana menanti. Saya teringat ketika Nabi Ibrahim harus dilemparkan ke dalam api, saat itu beliau tidak gusar dan tidak takut sedikitpun, karena Allah selalu bersama hamba-Nya yang berserah pada-Nya. Atau ketika Nabi Ibrahim harus meninggalkan istri dan anaknya di padang pasir yang tandus demi memenuhi seruan Allah."

"Saya kagum dan bangga padamu Fuad. Sebenarnya sejak awal saya ingin menceritakan padamu kondisi calonmu itu. Tapi, saat itu saya lupa untuk menyampaikannya. Maafkan atas kealpaan saya tersebut."
"Tidak mengapa Ustadz, semuanya sudah terjadi, dan sebagai seorang hamba Allah kita wajib menerima kehendak takdir. Barangkali dalam takdir Allah saya harus menikah dengan seorang wanita yang cacat. Saya ikhlas Ustadz. Mungkin disana pula sumber pahala saya dari Allah. Berkhidmah pada hamba-Nya yang cacat."

"Tapi apakah akhi tidak mencoba mencari wanita lain yang lebih baik dan sempurna?"
"Sebenarnya pada saat Ustdaz menawarkan anak dari kakak Ustadz pada saya, dua hari sebelumnya saya juga ditawarlan oleh teman saya, bahwa teman istrinya juga lagi mencari calon suami. Dan sebelumnya juga ada tawaran. Karena itu saya meminta pada Ustadz agar memberi saya waktu satu minggu untuk istikharah. Karena ada tiga wanita yang akan saya istikharahkan. Saya perlu waktu yang lama untuk memikirkan dan memutuskan dengan matang."

"O begitu, saya baru paham. Kekuatan apa lagi yang menguatkan langkahmu untuk menjatuhkan pilihan pada anak kakak saya tersebut?"
"Istikharah dan mimpi kedua orang tua saya Ustadz. Kami mengalami mimpi yang sama dan merasakan ketentraman serta kemantapan hati yang sama."
"Saya kagum padamu akhi, saya merasa tidak salah memilih dan menilai selama ini. Akhi adalah orang yang tepat. Semoga Allah merahmati hidupmu dan keluarga yang akan akhi bina nantinya, amin," ucap Ustadz Jalal dengan wajah berbinar-binar.
[][][]

Satu minggu berlalu setelah pernikahan, Fuad menemui Ustadz Jalal Fakhruddin di rumahnya, di Bawwabah Tiga.

"Bagaimana kabarnya Fuad? Kamu terlihat sangat cerah dan lebih segar sekarang."
"Alhamdulillah Ustadz. Segala puji bagi Allah atas nikmat yang Ia curahkan."

"Ada yang ingin saya tanyakan tentang cerita Ustadz kemaren. Ustadz mengatakan bahwa istri saya cacat pendengaran, penglihatan, lisan, kedua kaki dan tangan. Sering berbicara sendiri dan kadang suka menangis tanpa sebab. Saya telah mengetahui dua jawaban yang terakhir. Saya menyadari bahwa istri saya memang sering terlihat seolah berbicara sendiri. Awalnya saya heran. Tapi setelah saya tanyakan dan mendengar dari dekat, ia tengah berzikir, menyebut nama Allah, terkadang bershalawat pada Rasulullah, dan membaca al-Quran. Saya perhatikan ia melakukannya setiap hari, setiap waktu, tanpa henti. Sewaktu menyapu rumah, mencuci piring, menjemur pakaian, memasak, lisannya seolah tak pernah berhenti berzikir. Begitu juga saat bepergian ke luar rumah. Adapun yang Ustadz katakan, bahwa ia terkadang sering menangis tanpa sebab, saya hampir mendapati itu tiap hari juga. Ketika saya tanyakan, ia menjawab bahwa ia teringat akan dosa-dosanya pada Allah, takut jika amalnya tidak diterima, teringat azab dalam kubur, mahsyar, hari penghisaban, shirat dan siksa neraka. Jika teringat akan hal itu air matanya sering meleleh. Itulah yang saya ketahui. Sedangkan cacat pendengaran, penglihatan, lisan, kedua tangan serta kaki itu, saya tidak mendapatkan. Saya perhatikan semuanya baik dan sehat."

"Akhi Fuad, alhamdulillah akhi telah menemukan jawabannya. Sedangkan maksud saya cacat pendengaran adalah, telinganya tidak pernah mendengarkan perkataan yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Tidak pernah mendengarkan musik dan segala lagu-lagu yang merusak iman dan jiwa. Sesungguhnya yang selalu menjadi penghibur dirinya adalah al-Quran dan nasehat-nasehat para ulama. Cacat penglihatan adalah tidak pernah melihat pada yang haram, seperti menonton film yang di dalamnya syahwat diumbar, bisa saya katakan, matanya selalu terjaga dari melihat segala hal yang mengudang dosa dan maksiat. Dan cacat lisan adalah ia tidak pernah berinteraksi dengan laki-laki, baik melalui sms, telpon, chating di YM, di FB dan seterusnya. Ia sangat menjaga hubungan dengan lawan jenis. Lisannya terjaga dari komunikasi dengan lawan jenis. Adapun cacat tangan adalah tidak pernah berbuat yang nista dan tercela. Sedangkan cacat kaki adalah selalu terjaga dari menempuh tempat-tempat maksiat. Selama di Mesir kakinya hanya melangkah untuk ke mesjid, majlis-majlis ilmu, bersilaturahmi, tidak pernah pergi ke warnet, mengikuti acara-acara yang di dalamnya bercampur laki-laki dan perempuan. Begitulah akhi, penjelasan singkatnya. Nanti setelah hidup lebih lama dengannya akhi akan banyak mengetahui tentang dirinya."

"Saya bersyukur Ustadz, inilah rupanya rahasia di balik petuntuk yang Allah berikan, dan hasil dari istikharah saya selama ini dan juga mimpi saya. Saya melihat dalam mimpi sebuah cahaya yang begitu terang, meneduhkan, menyejukkan, dan beraroma harum seperti kasturi."

Air mata Fuad menetes penuh bahagia, ia lalu bersujud syukur. Ia telah dikaruniai seorang wanita sorga yang dihadirkan Allah ke bumi. Wanita yang selalu menjadi buah bibir penduduk langit karena ketaatannya. Ia teringat dengan hadits Rasulullah. Walau di bumi istrinya tidak dikenal banyak orang tapi di langit, ia yakin istrinya selalu disebut dan didoakan oleh para malaikat.


NB:Mudah-mudahan pelajaran yang terkandung di dalamnya dapat kita petik, insya Allah. Kisah ini terinspirasi dari kisah nyata dari seorang teman yang menceritakan seorang mahasiswi Al-Azhar yang sangat menjaga hubungannya dengan laki-laki. Kisah ini ia dapatkan dari istrinya. Mahasiswi tersebut tidak pernah chating via YM, SMS, telpon-an, dan FB-an dengan laki-laki. Masih 'suci' dan 'bersih'. Semoga ini menjadi motivasi dan inspirasi bagi kita. Liman kaana lahu qalbun au alqa assam`a..

Salam Ukhuwah,
marif_assalman@yahoo.com

posted under | 0 Comments
Postingan Lama
Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto saya
saya hanya orang biasa.. yang sedang mencari jati diri.. mencoba mendapat kan yang terbaik dan memberikan yang terbaik di setiap sisi kehidupan..InsyaAllah

PESAN dan KESAN


ShoutMix chat widget

Cari Blog Ini

My lovely song


Maher Zein - Thank You Allah (acoustic) Mp3
Musicaddict.com

Followers


Recent Comments